Kita dan Domba-Domba


    
Sepandai-pandai tupai meloncat, akhirnya jatuh juga. Begitu pula dengan kebohongan yang akhirnya terungkap kebohongannya. Seringkali seseorang ingin terlihat hebat, bijak dan berwibawa. Dengan mengungkapkan frasa, kata, kalimat seperti layaknya seorang filsuf ternama. Mengutip pendapat dan pandangan dari berbagai tokoh yang kadang tak tau dasar mengapa tokoh tersebut memberikan pandangannya. Ketika ditanya balik apa relevansinya?yah kalian tahu lah reaksi nya.

Terkadang kita seringkali lupa, batasan pandangan kita bisa diterima sampai mana. Seringkali, kita kalah dan mencoba memperkuat pandangan dengan kalimat, kata dan pandangan seorang filsuf ternama tanpa tahu orientasi nya.  Seringkali kita ingin terlihat arif, bijaksana dan berwibawa namun kita tak sadar bahwa apa yang telah kita katakan akan menjadi dalih yang selalu dipegang dn diungkapkan oleh mereka seperti halnya domba-domba. 

Jika dipikir secara berlebihan, ingin terlihat arif, bijaksana dan berwibawa itu hal yang lumrah dengan apa yang menjadi hakekat manusia itu ada. Manusia sering melebih-lebihkan apa yang mereka dapat, dan dalam hal ini pandangan yang setengah matang; mereka tangkap entah dari buku, kutipan jurnal atau bahkan fyp tik tok & instagram yang sering kali mereka posting ulang.

Lucu memang; namun yang lebih lucu lagi ketika kita memang sadar hal seperti ini perlu diluruskan, kita malah tetap saja melestarikan. Entah konsep berpikir seperti apa yang kita terapkan, hemat pikir penulis saat ini “perlu sedikit usaha untuk mencoba menghindari hal semacam ini dengan dalih agar pendapat atau pandangan kita dapat diterima dengan baik oleh mereka;sekeliling kita dan domba-domba”


Penulis: Sandy

Editor: Admin Sahabat Pena

Komentar

Postingan populer dari blog ini

LELUCON SINGKAT BEM FMIPA UM

Berebut Suara dengan Segala Cara