Dinding itu Hanya Pajangan

Entah berapa lama tembok besar ini hanya menjadi tembok tempat pajangan pengunguman. Kalian tahu??pajangan, hanya sekedar pajangan, tak lebih dan tak kurang. Tak ada warna. Tak ada keindahan. Dan tak ada seni didalamnya. Semua hanya sebatas pajangan dari hasil kerja-kerja formalitas seadanya. Ya., bagi sebagian orang itu sesuatu yang membosankan layaknya sebuah mesin pemotong yang kerja nya hanya sekedar memotong2 saja. Tak 3x,,,1000x.. suara yang telah lama tak didengar. Jika diingat, nyaringnya suara itu membuat setumpukan batu di atas kepala perlahan melega. Meski di ruang kecil di suatu tempat itu, ingin hanya sekedar melukis dengan kalimat-kalimat satire dan sedikit berantakan bermaksud merajut rindu. Tapi sudahlah..Sedikit lagi

Sudah berapa jam? Sudah berapa menit? Sudah berapa detik? Yang terbuang, yang terbengkalai dan yang digunakan pada sesuatu hal yang tak bermakna, tak berisi dan tak…Penyesalan lagi. Sudah berapa lama, ini terjadi lagi dan lagi. Dan setumpuk daging ini hanya sekedar melakukan itu setiap hari.

Tetap saja. Syukur adalah jalan. Syukur adalah cara. Dan syukur adalah metode alternatif untuk hanya sekedar memberikan rambu guna membangun kesabaran sedalam-dalamnya lubang, seluas-luasnya samudera dan sebebas-bebasnya ruang. Diri hanya sebatas memahami, bahwa s’mua hal yang ada akan tiba pada waktu yang sudah ditentukan oleh Ilahi.

Akhirnya,, se kecil dan besar nya harap untuk terus mendengarkan kenyaringan suara itu tetap akan ada setiap harinya!, setiap jam nya!! dan setiap menitnya!!!Karena dinding itu bukan hanya sekedar pajangan untuk sesuatu yang biasa dianggap formalitas. Dinding itu indah jika diberi sedikit polesan seni, didalamnya. Seni yang membuat setumpuk daging ini memiliki setiap detik yang bermakna, setiap detik cerita dari langkah ronta nya dan setiap detik yang membuat setiap langkah menjadi sangat berharga.

Penulis :Sandy
Editing :Admin Sahabat Pena

Komentar

Postingan populer dari blog ini

LELUCON SINGKAT BEM FMIPA UM

Berebut Suara dengan Segala Cara

Kita dan Domba-Domba